"Tadi pagi dalam perjalanan menuju kantor, saya mendengarkan acara yang disiarkan di salah satu radio di Jakarta, mengenai manfaat dongeng bagi pertumbuhan anak"
Sayangnya saya tidak mendengar acara tersebut dari awal. Tapi saya sempat dengar bahwa ada pengalaman seorang ibu yang anaknya menjadi autis karena terlalu banyak nonton TV, terbawa oleh pengasuhnya yang juga suka nonton TV sambil mengasuh si anak.
Saya jadi shock juga. Sebegitu besarkah pengaruh TV buat anak? Akhirnya saya browsing di internet dan menemukan satu artikel bagus dari mommygadget.
Tadinya saya pikir efek negatif dari TV hanya adanya radiasi yang disebabkan gelombang elektromagnetik yang dipancarkan dari TV tersebut, dan adanya program-program TV yang kurang bermutu yang kurang mendidik untuk anak. Sehingga untuk anak, saya berikan dia tontonan anak-anak yang cukup mendidik. Tapi ternyata tidak hanya itu … Ada hal lainnya yang mulai jadi pertimbangan saya untuk mematikan TV dirumah saat sedang bersama dengan anak saya yang saat ini berusia hampir 10 bulan dan mulai tertarik dengan beberapa iklan di TV …
Sebagaimana yang disebutkan dalam artikel di atas dan dari siaran radio yang saya dengar tadi pagi, selain gelombang elektromagnetik yang dipancarkan TV dan akan merusak mata anak, ternyata ada hal lainnya yang bisa menjadi pertimbangan kita untuk mematikan TV... - Menonton TV tidak melatih anak mengembangkan kemampuan visualnya. Karena saat menonton TV, mata anak nyaris tidak bergerak akibat gambar-gambar TV yang bergerak dan berubah secara cepat dan menyebabkan otak pikir (otak pikir = otak kanan, yaitu otak yang merupakan tempat bergabungnya pengalaman, ingatan, perasaan, dan kemampuan berpikir untuk melahirkan gagasan dan tindakan. RED) tidak mempunyai cukup waktu untuk memproses image dan mencerna apa yang dilihatnya. Padahal otak pikir memerlukan waktu 5-6 detik untuk memproses gambar setelah mendapatkan stimulus. Dibandingkan dengan membaca buku, mata anak bergerak membaca tulisan, baik ke kiri maupun ke kanan. Dan anak juga memiliki waktu yang cukup untuk mencerna setiap tulisan.
- Menonton TV menyebabkan daya kreativitas anak menjadi berkurang, karena TV sudah menyuguhkan visual (gambar) dan audio (suara). Hal ini membuat anak tidak perlu repot lagi berfikir dan berimajinasi, sehingga ada bagian tertentu di otak pikir yang kurang distimulasi dan dilatih untuk menciptakan gambaran (yang merupakan fondasi dari angan-angan, intuisi, inspirasi, dan imajinasi). Dibandingkan dengan membaca buku yang tidak banyak gambarnya, anak-anak akan lebih dilatih untuk mengembangkan imajinasi mereka atas setiap kalimat yang telah mereka baca. Kalau dipikir-pikir lagi, ada benarnya juga. Saya jadi ingat pernah merasa kecewa pada saat menonton Harry Potter dan the Davinci Code karena gambaran film tersebut dalam imajinasi saya pada saat saya membaca novelnya, lebih dari yang disajikan di film-nya.
- Membacakan dongeng sebelum tidur kepada anak-anak kita, adalah saat yang sangat baik untuk menjalin interaksi dan komunikasi dengan mereka. Apalagi kalau kita sudah sibuk seharian bekerja di kantor. Tidak hanya untuk anak-anak kita, kita juga jadi bisa melepaskan stress. Malam hari adalah saat dimana otak anak dapat menyerap dengan maksimal. Jadi sebaiknya, dongeng atau cerita yang kita pilih adalah yang memiliki nilai moral yang baik, sehingga anak kita juga bisa belajar dari ceritanya. Tidak ada salahnya juga membacakan dongeng yang sama berulang-ulang, selama sang anak belum bosan tentunya. Hal ini bisa membuat anak ingat ceritanya, dan lama-lama bisa gantian mereka yang bercerita kepada kita. Coba juga untuk mengarang cerita dan memancing mereka untuk melanjutkan cerita kita. Disamping bisa melatih kreativitas kita, juga akan melatih kreativitas anak kita. Kalau anak kita sudah mulai bisa membaca sendiri, ajar mereka untuk membaca sendiri. Namun tetap kita dampingi di awalnya, untuk membantu mereka jika mengalami kesulitan dan memperkenalkan kosakata baru.
No comments:
Post a Comment