Tuesday, March 29, 2011

Vaksin MMR, is that okay?

Sha 16 mos


Akhirnya setelah sha pulih dari pileknya, kami bawa sha untuk diberi vaksin influensa tadi malam.

Dokter sempat menawarkan pada kami “mau divaksin MMR, gak?”. Saya sempat berpikir, dan ingat beberapa artikel dan cerita teman-teman tentang efek pemberian vaksin itu pada anak : AUTISME.

Dokter sepertinya sih tahu apa yang melayang-layang dalam pikiran kami. Dia lalu menjelaskan bahwa jika setelah anak diberi vaksin MMR dan mengalami autisme, jangan salahkan vaksinnya. Karena, there is nothing to do with the vaccine. Kembali lagi, yang salah adalah gaya hidup kita. Jika orangtua tidak memperhatikan anaknya, sibuk sendiri, dan anak pun lebih suka main sendiri dengan caranya sendiri, maka kemungkinan besar dia akan menjadi autis. Kejadian ini lebih sering menimpa anak-anak yang dijaga oleh pembantu atau babysitternya. Pembantu/BS asik nonton sinetron, dan anak juga asik main sendiri.

Setelah dijelaskan demikian, kami pun jadi tenang begitu dokter menjadwalkan pemberian vaksin berikutnya adalah vaksin MMR.

Untuk lebih mengenal apa itu vaksin MMR (Mumps, Measles, Rubella), silahkan klik disini.

Atasi Pilek Secara Alami

Sha 16 mos


Sempat lebih dari 1 bulan Sha kena pilek dan batuk. Gak full 1 bulan juga sih. Sempat sembuh, tapi sekitar 1 atau 2 minggu kemudian pilek lagi. Tapi saat pilek kedua menyerang, kami tidak lagi memberi Sha obat. Soalnya kami pikir bahwa pilek itu menyerang daya tahan tubuh. Artinya, obat yang paling ampuh adalah banyak-banyak berdoa dan istirahat. Dan juga, kasian banget Sha kalo dikasih terlalu banyak obat-obat kimia.

Setelah browsing di internet dan membaca majalah-majalah tentang parenting, kami dapat info tentang obat alami untuk memulihkan pilek : JAHE & MADU. Lalu, saya coba buat di rumah. Sekalian dbuat banyak aja. Soalnya korban pilek di rumah semakin bertambah, nih… wewww… mulai SIAGA 1, deh.

Caranya sih simple aja. Bersihkan jahe, kemudian potong-potong, lalu di rebus. Kalau sudah dingin, masukkan air jahe itu ke dalam botol. Begitu mau diminum, tinggal di tuang dalam gelas, kemudian campur dengan madu. Untuk anak-anak, air jahe gak perlu banyak-banyak. Soalnya panas banget. Atau, madunya diberikan lebih banyak.

Setelah minum jahe, Sha mulai meler-meler… Tapi terus, bobo nya enak banget. Mungkin karena hidungnya jadi gak mampet.

Sekarang, sha udah gak pilek lagi, jadi bisa dibawa ke dokter untuk imunisasi, deh…

Wednesday, March 23, 2011

Sha’s Sunday School…

Sha 15 mos.


Sudah beberapa minggu ini, kami ikutkan Sha ke Sekolah Minggu. Tujuannya, supaya Sha bisa merasakan beribadah setiap hari minggu, dengan cara yang sesuai dengan usianya. Dan terlebih lagi, supaya Sha bisa bersosialisasi dengan teman-teman (yang hampir) sebayanya.

Pertama kali ikut, Sha gak malu-malu sih. Dia langsung terkesima melihat banyak banget teman-teman yang ada disekolah minggu. Trus, dia dengan excited nya menunjuk ke arah mereka sambil ngomong “kakak…kakak…kakak…”. Lucu banget sih. Maklum lah, selama di rumah, Sha jarang banget bermain dengan anak-anak sebaya. Paling juga lihat anak-anak kecil tetangga yang main sepeda sekitar rumah kami.

Begitu nyanyi lagu puji-pujian, Sha juga ikut tepuk-tepuk tangan dan mengangkat tangannya.

Begitu selesai puji-pujian, anak-anak dibagi kelas berdasarkan usianya untuk mendengarkan Firman Tuhan. Sha termasuk kelas balita. Dengan tema Firman Tuhan yang sama dengan semua kelompok usia, para kakak yang menyampaikan Firman Tuhan menyampaikan dengan cara yang berbeda-beda, sesuai dengan kelompok usianya.

Untuk kelas Sha, kakak pembawa Firman membawa alat peraga berupa gambar yang dia tunjukkan kepada anak-anak. Sambil cerita dan sekali-kali mengajukan pertanyaan-pertanyaan simple buat mereka. Tapi tentunya anak seumur Sha belum bisa terlalu berinteraksi seperti kakak-kakaknya yang berumur 5 tahun. Sha hanya menyimak cerita Firman Tuhan yang disampaikan. Good point. Dan cara itu juga sepertinya bisa saya terapkan di rumah. Setelah itu, Firman Tuhan juga dilanjutkan dengan pelajaran mewarnai. Sha jadi belajar mengenal pensil warna. Tapi saya mesti tetap waspada. Jangan sampai masuk mulut, kena mata, dll.

Anyway, berbicara tentang pendidikan agama, tentunya itu mesti berangkat dari kebiasaan di rumah. Jadi, kami selama ini memang terus melibatkan Sha dalam kegiatan ibadah pribadi kami di rumah. Berdoa sebelum berangkat kerja, berdoa sebelum makan, saat teduh dan baca alkitab sebelum tidur. Memang sih, awalnya Sha nampak gak tertarik. Tapi suatu hari kami sempat surprise juga dengan beberapa moment yang diciptakan Sha. Misalnya pada saat kami selesai berdoa dan bilang “haleluya…”, Sha yang melanjutkan kalimat kami dengan kata “Aaa…” dan kami semua dengan kompak melanjutkan dengan “…miiinnn”. Hahahaha… selama ini, ternyata Sha selalu menyimak (walau nampaknya sibuk sendiri), bahwa setiap doa yang kami naikkan, selalu ditutup dengan kalimat “Haleluya, Amin…”. Atau pada saat kami menyanyikan lagu pujian, tangan Sha otomatis terangkat ke atas, layaknya orang dewasa yang sedang menaikkan lagu pujian dengan khusuk. Oalaahhh.. anak kami Sha, sudah besar rupanya… sudah pandai menirukan perilaku orang, dan bahkan sudah pandai menirukan beberapa kata, kalimatd an lagu. Wah, kami mesti lebih berhati-hati lagi, nih… jangan sampai nanti Sha meniru hal yang gak baik.