"Selamat siang, bu...nama saya A. Saya mau menawarkan produk perawatan kulit dan kecantikan XYZ. Silahkan lihat bookletnya..."Itu sekedar gambaran contoh marketer yang ok... (But not me... :-p)
Sudah seminggu ini, saya lagi mencoba peruntungan saya menjadi agen MLM salah satu produk perawatan dan kecantikan kulit dari Swedia yang namanya cukup terkenal...(I guess so).
Awalnya sih karena saya pengguna langsung produk tersebut. Tapi terkadang agen yang ada di kantor saya mood2-an dalam menawarkan produk (hmmm...sudah 2 rekan kantor saya yang jadi agen) . Kadang jualan, kadang gak...sementara stok di rumah saya sudah habis, dan biasanya, kalau pesan dari mereka, saya harus menunggu beberapa hari. Pikir-pikir, kenapa saya gak ikut jadi member aja? Toh, saya jadi bisa dapetin barang kapan pun saya mau, dengan harga dibawah harga booklet yang mereka tawarkan...
Okay, akhirnya hari sabtu pagi kemarin kami pun berkelana ke daerah jakarta selatan untuk ke outlet produk tersebut. Sampai disana kami sempat bingung mau kemana dan bagaimana prosedurnya. Lalu saya mendatangi security-nya. Dia mengarahkan saya kepada seorang mbak-mbak yang sudah lebih dulu menjadi agen produk tersebut, yang kemudian menjadi sponsor saya.
Setelah perkenalan awal dan penjelasan ttg mekanisme MLM ini, sayapun resmi menjadi agen produk tersebut.Saya yang semula hanya ingin jadi agen supaya bisa cepat membeli produk yang saya inginkan, jadi tertarik untuk ikut menjalankan bisnis tersebut. Hummm ...kayaknya gampang deh... Apalagi dengan iming-iming bonus "...kalau kamu bisa mencapai point sekian dalam bulan ini, kamu bisa dapet free product bla...bla...bla...".
Saya pulang dari tempat itu dengan membawa berbagai strategi di kepala saya...dan 'korban-korban' yang jadi taget saya (istilahnya serem amat, sih Mell).
Berhubung ga pinter jualan, 'korban' pertama saya tak lain dan tak bukan adalah suami saya...hehehe...
"Papap jadi downline bunda ya...ntar papap tawarin temen2 kantor papap". Yang dituju hanya menjawab "iya...iya...".
Tapi emang jiwa saya ga jiwa 'marketer' banget...jadilah kurang gencar buat hunting2 pembeli. Dan booklet produk tetap nyungsep dalam tas, tanpa pernah dikeluarin...
Yahhh...ternyata it's not as simple as what i thought before...