Sha 15 mos.
Sudah beberapa minggu ini, kami ikutkan Sha ke Sekolah Minggu. Tujuannya, supaya Sha bisa merasakan beribadah setiap hari minggu, dengan cara yang sesuai dengan usianya. Dan terlebih lagi, supaya Sha bisa bersosialisasi dengan teman-teman (yang hampir) sebayanya.
Pertama kali ikut, Sha gak malu-malu sih. Dia langsung terkesima melihat banyak banget teman-teman yang ada disekolah minggu. Trus, dia dengan excited nya menunjuk ke arah mereka sambil ngomong “kakak…kakak…kakak…”. Lucu banget sih. Maklum lah, selama di rumah, Sha jarang banget bermain dengan anak-anak sebaya. Paling juga lihat anak-anak kecil tetangga yang main sepeda sekitar rumah kami.
Begitu nyanyi lagu puji-pujian, Sha juga ikut tepuk-tepuk tangan dan mengangkat tangannya.
Begitu selesai puji-pujian, anak-anak dibagi kelas berdasarkan usianya untuk mendengarkan Firman Tuhan. Sha termasuk kelas balita. Dengan tema Firman Tuhan yang sama dengan semua kelompok usia, para kakak yang menyampaikan Firman Tuhan menyampaikan dengan cara yang berbeda-beda, sesuai dengan kelompok usianya.
Untuk kelas Sha, kakak pembawa Firman membawa alat peraga berupa gambar yang dia tunjukkan kepada anak-anak. Sambil cerita dan sekali-kali mengajukan pertanyaan-pertanyaan simple buat mereka. Tapi tentunya anak seumur Sha belum bisa terlalu berinteraksi seperti kakak-kakaknya yang berumur 5 tahun. Sha hanya menyimak cerita Firman Tuhan yang disampaikan. Good point. Dan cara itu juga sepertinya bisa saya terapkan di rumah. Setelah itu, Firman Tuhan juga dilanjutkan dengan pelajaran mewarnai. Sha jadi belajar mengenal pensil warna. Tapi saya mesti tetap waspada. Jangan sampai masuk mulut, kena mata, dll.
Anyway, berbicara tentang pendidikan agama, tentunya itu mesti berangkat dari kebiasaan di rumah. Jadi, kami selama ini memang terus melibatkan Sha dalam kegiatan ibadah pribadi kami di rumah. Berdoa sebelum berangkat kerja, berdoa sebelum makan, saat teduh dan baca alkitab sebelum tidur. Memang sih, awalnya Sha nampak gak tertarik. Tapi suatu hari kami sempat surprise juga dengan beberapa moment yang diciptakan Sha. Misalnya pada saat kami selesai berdoa dan bilang “haleluya…”, Sha yang melanjutkan kalimat kami dengan kata “Aaa…” dan kami semua dengan kompak melanjutkan dengan “…miiinnn”. Hahahaha… selama ini, ternyata Sha selalu menyimak (walau nampaknya sibuk sendiri), bahwa setiap doa yang kami naikkan, selalu ditutup dengan kalimat “Haleluya, Amin…”. Atau pada saat kami menyanyikan lagu pujian, tangan Sha otomatis terangkat ke atas, layaknya orang dewasa yang sedang menaikkan lagu pujian dengan khusuk. Oalaahhh.. anak kami Sha, sudah besar rupanya… sudah pandai menirukan perilaku orang, dan bahkan sudah pandai menirukan beberapa kata, kalimatd an lagu. Wah, kami mesti lebih berhati-hati lagi, nih… jangan sampai nanti Sha meniru hal yang gak baik.
Sudah beberapa minggu ini, kami ikutkan Sha ke Sekolah Minggu. Tujuannya, supaya Sha bisa merasakan beribadah setiap hari minggu, dengan cara yang sesuai dengan usianya. Dan terlebih lagi, supaya Sha bisa bersosialisasi dengan teman-teman (yang hampir) sebayanya.
Pertama kali ikut, Sha gak malu-malu sih. Dia langsung terkesima melihat banyak banget teman-teman yang ada disekolah minggu. Trus, dia dengan excited nya menunjuk ke arah mereka sambil ngomong “kakak…kakak…kakak…”. Lucu banget sih. Maklum lah, selama di rumah, Sha jarang banget bermain dengan anak-anak sebaya. Paling juga lihat anak-anak kecil tetangga yang main sepeda sekitar rumah kami.
Begitu nyanyi lagu puji-pujian, Sha juga ikut tepuk-tepuk tangan dan mengangkat tangannya.
Begitu selesai puji-pujian, anak-anak dibagi kelas berdasarkan usianya untuk mendengarkan Firman Tuhan. Sha termasuk kelas balita. Dengan tema Firman Tuhan yang sama dengan semua kelompok usia, para kakak yang menyampaikan Firman Tuhan menyampaikan dengan cara yang berbeda-beda, sesuai dengan kelompok usianya.
Untuk kelas Sha, kakak pembawa Firman membawa alat peraga berupa gambar yang dia tunjukkan kepada anak-anak. Sambil cerita dan sekali-kali mengajukan pertanyaan-pertanyaan simple buat mereka. Tapi tentunya anak seumur Sha belum bisa terlalu berinteraksi seperti kakak-kakaknya yang berumur 5 tahun. Sha hanya menyimak cerita Firman Tuhan yang disampaikan. Good point. Dan cara itu juga sepertinya bisa saya terapkan di rumah. Setelah itu, Firman Tuhan juga dilanjutkan dengan pelajaran mewarnai. Sha jadi belajar mengenal pensil warna. Tapi saya mesti tetap waspada. Jangan sampai masuk mulut, kena mata, dll.
Anyway, berbicara tentang pendidikan agama, tentunya itu mesti berangkat dari kebiasaan di rumah. Jadi, kami selama ini memang terus melibatkan Sha dalam kegiatan ibadah pribadi kami di rumah. Berdoa sebelum berangkat kerja, berdoa sebelum makan, saat teduh dan baca alkitab sebelum tidur. Memang sih, awalnya Sha nampak gak tertarik. Tapi suatu hari kami sempat surprise juga dengan beberapa moment yang diciptakan Sha. Misalnya pada saat kami selesai berdoa dan bilang “haleluya…”, Sha yang melanjutkan kalimat kami dengan kata “Aaa…” dan kami semua dengan kompak melanjutkan dengan “…miiinnn”. Hahahaha… selama ini, ternyata Sha selalu menyimak (walau nampaknya sibuk sendiri), bahwa setiap doa yang kami naikkan, selalu ditutup dengan kalimat “Haleluya, Amin…”. Atau pada saat kami menyanyikan lagu pujian, tangan Sha otomatis terangkat ke atas, layaknya orang dewasa yang sedang menaikkan lagu pujian dengan khusuk. Oalaahhh.. anak kami Sha, sudah besar rupanya… sudah pandai menirukan perilaku orang, dan bahkan sudah pandai menirukan beberapa kata, kalimatd an lagu. Wah, kami mesti lebih berhati-hati lagi, nih… jangan sampai nanti Sha meniru hal yang gak baik.
No comments:
Post a Comment